Banyak pelaku UMKM memiliki impian membesarkan bisnis, tapi sering kali terkendala modal. Padahal, salah satu cara yang bisa digunakan adalah kredit produktif, cicilan dan pinjaman yang dirancang khusus untuk mengembangkan usaha.
Masalahnya, banyak pengusaha gagal menggunakan fasilitas ini dengan baik karena kurangnya pemahaman tentang cara gunakan kredit produktif untuk membesarkan bisnis. Mereka mungkin merasa khawatir atau bingung soal cicilan dan pinjaman yang harus dibayar. Padahal, jika direncanakan dengan bijak, kredit produktif bisa menjadi alat ampuh untuk meningkatkan skala bisnis.
1. Tentukan Tujuan Kredit Secara Spesifik
Kredit produktif bukan sekadar tambahan dana, melainkan investasi jangka panjang. Sebelum mengajukan pinjaman, kamu harus tahu persis apa yang ingin dicapai. Misalnya, apakah kamu ingin menambah stok barang, membeli mesin baru, atau membuka cabang kedua? Jika tujuan tidak jelas, uang pinjaman bisa habis tanpa memberikan dampak signifikan pada bisnismu.
Contohnya, seorang pemilik warung kopi ingin membeli mesin espresso otomatis. Dengan mesin baru, dia bisa menyajikan lebih banyak varian kopi dan menarik pelanggan baru. Ini adalah contoh tujuan spesifik yang bisa diukur hasilnya setelah pinjaman cair.
Pastikan juga kamu punya proyeksi laba rugi setelah menggunakan pinjaman. Ini akan membantu kamu memastikan bahwa pendapatan dari ekspansi bisa menutup cicilan bulanan.
2. Pilih Platform Pinjaman yang Tepat
Tidak semua platform pinjaman cocok untuk UMKM. Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, seperti bunga, tenor, dan kemudahan proses aplikasi.
Beberapa platform seperti Kredivo menawarkan fitur cicilan 1 bulan tanpa bunga khusus untuk member Premium. Fitur ini sangat berguna jika kamu butuh modal cepat untuk keperluan operasional atau pembelian inventaris. Kamu bisa memanfaatkan waktu tanpa bunga untuk memutar uang dan mendapatkan keuntungan sebelum cicilan dimulai. Limit pinjaman yang diberikan juga cukup besar hingga Rp50 juta. Sangat cukup untuk skala UMKM.
Selain itu, pastikan platform yang kamu pilih memiliki reputasi baik dan transparan dalam hal biaya. Utamanya terdaftar juga di Otoritas Jasa Keuangan. Baca syarat dan ketentuan dengan teliti agar tidak ada kejutan di kemudian hari.
Jangan ragu untuk bertanya kepada teman sesama pelaku UMKM atau mencari review online tentang pengalaman mereka dengan platform tertentu.
3. Buat Rencana Pembayaran Cicilan yang Realistis
Kunci sukses menggunakan kredit produktif adalah disiplin dalam membayar cicilan. Salah satu kesalahan umum adalah menganggap cicilan sebagai beban tambahan. Sebaliknya, anggaplah cicilan sebagai bagian dari biaya operasional rutin. Pisahkan dana untuk cicilan di rekening khusus sejak awal bulan agar tidak tercampur dengan dana operasional lainnya.
Misalnya, jika cicilan pinjamanmu Rp 2 juta per bulan, sisihkan langsung dana tersebut begitu kamu menerima omzet. Jangan menunda-nunda hingga akhir bulan karena bisa saja uang sudah habis untuk kebutuhan lain.
Dengan disiplin membayar cicilan, kamu juga akan membangun reputasi kredit yang baik. Ini penting kalau suatu saat kamu butuh tambahan modal lagi.
4. Pantau Perkembangan Usaha Secara Berkala
Setelah menggunakan pinjaman, kamu perlu memastikan bahwa dana tersebut benar-benar berdampak positif pada bisnismu. Pantau perkembangan bisnismu secara berkala. Misalnya, jika kamu menggunakan pinjaman untuk membeli mesin produksi baru, lihat apakah mesin tersebut meningkatkan efisiensi atau kapasitas produksi. Jika hasilnya belum sesuai harapan, cari tahu penyebabnya dan segera ambil langkah perbaikan.
Lakukan evaluasi minimal setiap bulan untuk memastikan bahwa arus kas masih sehat dan pinjaman tidak memberatkan. Gunakan data nyata, seperti laporan penjualan atau feedback pelanggan, untuk membuat keputusan strategis.
5. Manfaatkan Teknologi untuk Efisiensi Operasional
Teknologi bisa menjadi alat penting untuk memaksimalkan penggunaan kredit produktif. Misalnya, kamu bisa menggunakan aplikasi manajemen inventaris untuk memantau stok barang secara real-time. Dengan cara ini, kamu bisa menghindari kelebihan atau kekurangan stok, yang bisa berdampak negatif pada bisnis.
Investasi dalam teknologi juga bisa membantu kamu menghemat biaya operasional jangka panjang. Misalnya, menggunakan sistem pembayaran digital bisa mengurangi kesalahan pencatatan manual dan mempercepat proses transaksi.